Pemuda sebagai Perubahan
Pemuda, pasti hal
pertama yang terlintas di kepala kita adalah tentang semangat, enerjik, dan
juga idealisme. Memang sederetan kata itulah yang kurang lebih menggambarkan
betapa hebatnya kobaran perubahan yang diusung oleh kelompok pemuda ini. Kita
ketahui bersama juga bahwa pemuda merupakan tokoh “pertengahan” antara
anak-anak dan orang tua. Dengan peranannya yang cukup strategis tersebut,
seorang pemuda mampu menyuarakan perbaikan secara lebih kuat dan tegas.
Demikianlah adanya, potensi pemuda sungguh tak diragukan lagi .Pemuda memang
pantas diharapkan dan diimpikan sebagai salah satu strata yang ada di dalam
masyarakat untuk membawa negeri ini menuju ke arah yang lebih baik.
kita pun patut menyoroti tentang keadaan
pemuda di era modern ini di mana ketika kemungkaran telah merajalela,
kemaksiatan hadir di depan mata tanpa jeda, dan tak ketinggalan hedonisme
kehidupan yang semakin terbuka. Miris melihat kenyataan yang tak dapat
dielakkan tersebut. Sudah idealkah apa yang selama ini kita seru-serukan bahwa
pemuda sebagai pemain utama dalam perubahan? Tentu diantara para sekian juta pemuda
yang ada di Indonesia ini tidak semuanya masuk dalam kriteria yang diharapkan.
founding father bangsa ini, Ir. Soekarno, berkata: Berikan
aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia Kaum muda
merupakan sosok yang penting dalam setiap perubahan, karena kaum muda bergerak
atas nilai-nilai idealisme dan moralitas dalam melihat persoalan yang ada, demi
tercapainya kesejahteraan bangsa. Mereka adalah sosok yang merindukan perubahan
dan sesuatu yang baru dalam hidup ini. Karena itu tidak berlebihan, jika
seorang
Mengapa harus pemuda yang Soekarno
pilih? Mungkin jawaban yang tepat adalah karena pemuda merupakan golongan yang
selalu bersikap kritis terhadap berbagai situasi yang terjadi di masyarakat,
golongan yang penuh semangat dan gairah, seperti yang disebut di muka golongan
yang memiliki idealisme tinggi demi tercapainya kesejahteraan bangsa, serta
golongan yang dinamis dan kaya akan kreativitas. Selain itu pemuda juga merupakan
golongan yang nantinya akan meneruskan kemana negara Indonesia ini akan
berjalan.
Memang
tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan merupakan satu hal yang wajar untuk
terjadi. Adanya globalisasi membawa berbagai macam perubahan dalam jiwa
pemuda-pemuda Indonesia calon penerus bangsa. Ada perubahan-perubahan itu yang
sifatnya baik, namun tidak sedikit pula perubahan-perubahan yang sifatnya
membawa pemuda-pemuda Indonesia pada keterpurukan.
Sejarah sesungguhnya telah
mengungkapkan satu fakta bahwa bangsa Indonesia bukan saja bangsa yang besar
karena kekayaan alamnya maupun kestrategisan lokasi geografisnya, melainkan
juga karena adanya peranan signifikan dari pemuda-pemuda bangsa. Mungkin tanpa
adanya campur tangan pemuda dalam sejarah perjuangan bangsa, saat ini kita
tidak dapat merasakan nikmatnya kemerdekaan, indahnya hidup tanpa adanya
penjajahan dan kediktatoran serta ketidakadilan penguasa negeri ini.
Kita dapat melihat pada masa lalu pada pertengahan 1923, serombongan
mahasiswa yang bergabung dalam Perhimpunan Indonesia kembali ke tanah air. Karena
kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan
melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang
dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat
itu. Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis
pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II
yang berlangsung di Jakarta dimotori oleh PPPI.
Pada 1945, secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada
zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial
Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang
berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala
organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik. Salah satu peran
angkatan muda 1945 yang bersejarah, yang terpaksa menculik dan mendesak
Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini
dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok .
Pada sekitar tahun 1978, dimana tahun tersebut adalah tahun yang menjadi
bayang-bayang para mahasiswa karena muncul Normalisasi kehidupan kampus / badan
koordinasi kemahasiswaan yang terkenal dengan sebutan NKK/BKK, pemerintah pada
kebijakan ini melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa . Dengan konsep
NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus
dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh.
Ditambah dengan munculnya UU tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik
praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan
menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan
generasi kampus yang apatis (masa bodoh), sementara posisi rezim semakin kuat. Sebagai
alternatif terhadap suasana itu, muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap
mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya
eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh sebagai
alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk
menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif
di Organisasi kemahasiswaan ekstra
kampus seperti HMI, PMII , GMNI dll. Mereka juga membentuk
kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa. Beberapa kasus lokal yang
disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain dapat menguak kasus tanah
waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di
Bapindo, penghapusan perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB.
Bila kita melihat betapa semangatnya Dr.
Sutomo ketika mendirikan organisasi pergerakan yang pertama, Budi Utomo, dalam
usianya yang belum genap 20 tahun, bagaimana perjuangan luhur pemuda dalam
memperkenalkan konsep persatuan bangsa pada pelaksanaan sumpah pemuda, dan
bagaimana dahsyatnya Wikana dan Yusuf Kunto dalam Peristiwa Rengasdengklok,
sulit bagi kita untuk menemukan semangat semacam itu lagi dalam jiwa pemuda
Indonesia di era globalisasi semacam ini.
Sebenarnya
saat ini masih ada pemuda-pemuda yang masih peduli akan nasib bangsa kita. Yang
menjadi permasalahan adalah bagaimana caranya mengajak pemuda-pemuda lainnya
untuk ikut aktif berkontribusi dalam membangun negeri ini.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi pemuda-pemuda Indonesia saat ini
memanglah sangat kompleks, mulai dari masalah pengangguran, krisis mental, hingga
krisis moral.
Belum
lagi banyaknya pemuda yang terjebak dalam lingkaran apatisme atau masa bodoh
terhadap lingkungannya, hedonisme, yang semuanya mengarah pada satu hal yang
disebut antisosial. Padahal permasalahan yang dihadapi bangsa kita saat ini
cukup besar dan sulit diselesaikan apabila pemuda penerus bangsa bermental
antisosial. Masalah yang paling kompleks adalah masalah kepemimpinan.
Bagaimana
bisa bangsa ini terus mempertahankan eksistensinya apabila pemuda-pemuda
Indonesia sebagai kader penerus perjuangan bangsa tidak memiliki jiwa
kepemimpinan yang baik? Bangsa ini merindukan pemuda-pemuda bermutu. Rindu akan
pemuda penerus bangsa yang mampu untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih
baik.
Sudah
lama Indonesia mengalami krisis multidimensional. Krisis multi dimensional adalah suatu
situasi dimana bangsa dan negeri kita dewasa ini sedang dilanda oleh
beraneka-ragam pertentangan besar maupun kecil dan berbagai keruwetan di bidang
politik, ekonomi, sosial, dan juga kebobrokan moral. Krisis ini telah dan
sedang terus memporak-porandakan berbagai sendi-sendi penting kehidupan bangsa.
Begitu hebatnya krisis yang bersegi banyak ini, sehingga banyak orang kuatir
akan terjadinya desintegrasi negara dan bangsa, atau membayangkan masa yang
serba gelap di kemudian hari. Karena begitu besarnya kekacauan di berbagai
bidang itu, banyak orang sudah bertanya-tanya: mengapa keadaan bisa menjadi
begini? Mulai dari krisis ekonomi,
moneter, hukum, moral, dan sebagainya. Kita sebagai pemuda harapan bangsa,
pemuda yang dirindukan ibu pertiwi marilah terus melakukan optimalisasi diri.
Tidak perlu memulai dari hal-hal yang besar, tapi mulailah dari hal-hal yang
kecil. Mulailah dari diri kita sendiri, kemudian ajaklah lingkungan sekitar
kita. Teruskan sejarah perjuangan bangsa Indonesia karena kita, pemuda
Indonesia, merupakan ahli waris cita-cita bangsa yang sah dan sekaligus sebagai
generasi penerus.
Perjuangan kita saat ini sudah
bukan lagi dengan mengangkat senjata, bergerilya, dan berunding sana-sini,
namun masih banyak bentuk perjuangan lain yang dapat kita lakukan untuk
memaknai kemerdekaan dan menunjukkan nasionalisme kita. Menggunakan produk
dalam negeri, berkarya dan berprestasi sesuai bidang masing-masing. Para pemuda
juga harus bersatu satu sama lain dan jangan mudah terpecah belah demi keutuhan
NKRI.
Pemuda sebagai calon pemimpin bangsa diharapkan
memiliki pengetahuan, kecakapan, dan sikap yang terkait dengan kepemimpinan,
yang akan diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui
aktivitasnya dalam kegiatan kepemudaan maupun lingkungan masyarakat. Pemberian
kesempatan dan kepercayaan kepada pemuda adalah salah satu solusi yang
patut dilakukan sebagai upaya membangun motivasi tokoh muda untuk berkarya dari
pada debat kusir masalah kemampuan yang tak lebih justru malah menjatuhkan
mental. Saat ini permasalahan pemuda bukan pada masalah kemampuan dan
keunggulan dari tokoh muda itu sendiri melainkan diberi atau tidaknya
kesempatan dan kepercayaan dari generasi sebelumnya .
Peran kita saat ini adalah
menjadi bagian dari masyarakat aktif mendorong kemajuan bangsa dengan melakukan
berbagai kegiatan yang konstruktif, baik melalui organisasi kepemudaan maupun
profesi yang digeluti. Peran masa depan dilakukan dengan membekali diri dan
mengisi kompetensi. Sehingga ketika nanti mencapai tahap dewasa, pemuda dapat
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini dengan baik dan bertanggung
jawab.
pemuda Indonesia, pemuda harapan bangsa, latihlah terus jiwa
kepemimpinan dalam diri kita. Latihlah jiwa pemimpin yang dekat dengan rakyat,
karena untuk apa menjadi pemimpin apabila hanya duduk di atas singgasana tanpa
memperdulikan nasib rakyat. Suatu perubahan seringkali tidak perlu menunggu
orang banyak. Dia akan bergulir dengan sendirinya bersama para pemuda yang
teguh dengan komitmennya untuk perubahan
Komentar
Posting Komentar